Apa itu Ethical Hacking? – Definisi, Contoh dan Aturan

Berbeda dengan malicious hacking yang merugikan, ethical hacking justru menjadi praktik penting yang dibutuhkan banyak perusahaan untuk perlindungan data.  

Dengan keterampilan dan taktik yang sama dengan malicious hacker, seorang ethical hacker justru memiliki tujuan untuk membantu perusahaan memperbaiki keamanan sistem. 

Perlu diketahui, jika perusahaan gagal melindungi data sensitif, mereka berisiko menghadapi tuntutan hukum, denda besar, dan bahkan penghentian operasional sementara.

Bahkan, kerugian global akibat kejahatan siber diproyeksikan mencapai $10,5 triliun per tahun pada 2025. 

Di sinilah ethical hacking berperan sebagai solusi untuk membantu mencegah kerugian tersebut.

Jadi, apa itu ethical hacking dan bagaimana aturannya? Simak untuk penjelasan lengkapnya!

Apa itu Ethical Hacking?

Implementasi ethical hacking sebagai proses untuk menjaga keamanan digital
Sumber: Pexels

Ethical hacking adalah praktik sah yang digunakan untuk mendeteksi kerentanan pada jaringan atau sistem perusahaan. 

Perusahaan biasanya mempekerjakan ethical hacker untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan sebelum dieksploitasi oleh peretas jahat. 

Tujuannya adalah mencegah pencurian data dan meningkatkan ketahanan sistem terhadap serangan siber.

Dengan kata lain, ethical hacking adalah simulasi serangan siber nyata di mana proses penyusupan dan potensi kerusakan akan didemonstrasikan. . 

Untuk menjadi ethical hacker, tidak bisa dilakukan sembarangan. Peretas harus memiliki syarat-syarat berikut saat melakukan proses peretasan. 

  • Memiliki Izin Resmi
    Pekerjaan ini membutuhkan persetujuan dari organisasi yang diuji. Persetujuan meliputi ruang lingkup, waktu, sistem, dan metode yang digunakan dalam pengujian.
  • Bekerja dalam Batas Hukum Tertentu
    Proses peretasan dilakukan dengan menggunakan metode yang legal. Peretas tidak boleh berkolaborasi dengan peretas berbahaya untuk melakukan tindakan ilegal.
  • Tidak Menimbulkan Kerusakan
    Meskipun bertujuan untuk melakukan pengujian, proses peretasan tidak boleh sampai merusak sistem bahkan mencuri data sensitif yang mereka temukan selama pengujian.
  • Menjaga Kerahasiaan
    Informasi mengenai kerentanan sistem harus dirahasiakan dan hanya boleh dibagikan kepada pihak yang berwenang. 
  • Melaporkan Kerentanan
    Selain menjaga kerahasiaan, peretas wajib melaporkan hasil pengujian serta rekomendasi perbaikan kepada perusahaan 
  • Pengujian Ulang (Retesting)
    Dengan izin dari perusahaan, peretas etis dapat melakukan pengujian ulang untuk memastikan bahwa kerentanan sudah benar-benar diatasi.

Perbedaan Ethical Hacker dengan Hacker Lainnya

.Jika Anda bingung mengenai perbedaan antara peretas etis dan jenis peretas lainnya, perlu diketahui bahwa hacker dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu white hat (ethical hacker), grey hat, dan black hat.

Setiap jenis peretas memiliki tujuan dan praktik yang berbeda.

AspekWhite Hat Hacker  (Ethical Hacker)Grey Hat HackerBlack Hat Hacker (Malicious Hacker)
DefinisiHacker etis yang bekerja untuk menemukan dan memperbaiki kerentanan keamanan sistem dengan izin dan sesuai hukum.Hacker yang beroperasi di antara white dan black hat, mengeksploitasi kerentanan tanpa izin, namun biasanya tanpa niat jahat.Hacker yang melakukan peretasan dengan tujuan jahat seperti untuk mendapatkan keuntungan pribadi
NiatMemperbaiki dan meningkatkan keamanan sistem.Mengungkap kerentanan tanpa niat jahat, tetapi bisa berdampak negatif karena tidak melalui jalur resmi.Merusak infrastruktur sistem, mengambil data secara tidak sah, hingga meraup  keuntungan dengan cara tidak sah. 
Izin & LegalitasBekerja dengan izin resmi dari organisasi atau klien, dan sesuai dengan hukum serta kode etik.Tidak memiliki izin, melakukan peretasan tanpa persetujuan dari organisasi.Beroperasi secara ilegal, tanpa izin, dan melanggar hukum.
TujuanMelindungi sistem dengan menemukan celah sebelum dieksploitasi oleh peretas jahat.Menguji dan mengekspos kerentanan, sering kali untuk meningkatkan kesadaran publik tentang masalah keamanan.Mengeksploitasi kerentanan untuk mencuri data, uang, atau merusak sistem.
DampakMeningkatkan ketahanan sistem dan mencegah serangan siber.Bisa memberikan informasi yang membantu perbaikan, namun juga membuka peluang bagi peretas jahat untuk menyerang.Menyebabkan kerugian finansial, pencurian data, atau kerusakan pada sistem.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa ethical hacker adalah jenis hacker yang berperan secara sah dalam menjaga keamanan data. Lantas, apa saja contoh praktik ethical hacking?

Contoh Ethical Hacking

Contoh ethical hacking meliputi aktivitas seperti:

1. Penetration Testing (Pengujian Penetrasi)

Penetration Testing merupakan metode untuk mengidentifikasi kelemahan sistem atau jaringan dengan menyimulasikan serangan siber, sehingga perusahaan dapat menutup celah keamanan.

2. Vulnerability Assessment (Penilaian Kerentanan)

Memindai jaringan atau perangkat lunak untuk menemukan potensi kerentanan yang bisa dieksploitasi oleh peretas.

3. Social Engineering Testing (Pengujian Rekayasa Sosial)

Menguji sistem keamanan manusia di perusahaan, seperti upaya mengelabui karyawan untuk memberikan informasi sensitif melalui email palsu atau panggilan telepon.

4. Wireless Network Security Testing

Memeriksa jaringan nirkabel untuk memastikan tidak ada celah keamanan yang bisa digunakan untuk mengakses data tanpa izin.

5. Application Security Testing

Memeriksa aplikasi web atau mobile untuk menemukan kerentanan dalam kode atau konfigurasi yang dapat dimanfaatkan oleh peretas.

Manfaat Ethical Hacking

Kegiatan ethical hacking memiliki beberapa manfaat bagi perusahaan, di antaranya:

  • Mengidentifikasi Kerentanan: Ethical hacking membantu perusahaan mendeteksi kerentanan dalam sistem, aplikasi, dan jaringan sehingga memungkinkan perbaikan dini agar celah tersebut tidak dieksploitasi lebih lanjut. 
  • Meningkatkan Keamanan IT: Dengan mengidentifikasi serta memperbaiki celah keamanan, ethical hacking mampu meningkatkan keamanan keseluruhan infrastruktur IT organisasi dan memperkuat perlindungan terhadap potensi serangan.
  • Mencegah Cyber Attack: Melalui simulasi serangan, ethical hacking membantu tim keamanan mempersiapkan serta mencegah serangan dunia maya sehingga organisasi lebih siap menghadapi ancaman nyata.
  • Keamanan dalam Pengembangan Software: Penggunaan ethical hacking selama development cycle dapat menurunkan risiko yang membahayakan pengguna.
  • Melindungi Data Sensitif: Ethical hacking membantu mencegah akses tidak sah pada data sensitif organisasi dengan cara menguji dan meningkatkan keamanan secara berkala sehingga data tidak bocor. 
  • Kepatuhan terhadap Regulasi: Ethical hacking membantu organisasi memenuhi standar regulasi keamanan seperti GDPR, HIPAA, dan PCI-DSS dengan mengidentifikasi bug keamanan serta menunjukkan komitmen pada perlindungan data.
  • Memperkuat Kepercayaan dan Reputasi: Dengan menerapkan ethical hacking secara rutin, organisasi dapat membangun kepercayaan pelanggan dalam berkomitmen terhadap keamanan data pengguna.
  • Penghematan Biaya dari Potensi Kerugian: Peretasan etis membantu organisasi mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan lebih awal, mengurangi risiko biaya besar yang dapat terjadi akibat kebocoran data, tuntutan hukum, atau kerugian reputasi.
  • Meningkatkan Kesiapan Tanggap Insiden: Ethical hacking memungkinkan organisasi menguji rencana saat terjadi insiden melalui simulasi serangan dunia nyata.
  • Mendukung Inovasi yang Aman: Dengan memastikan keamanan produk dan layanan, ethical hacking memungkinkan organisasi meluncurkan inovasi baru yang memiliki penjaminan keamanan lebih baik.

Tahapan Ethical Hacking

Untuk melakukan peretasan etis, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu:

1. Reconnaissance (Pengintaian)

Tahap pertama ini bertujuan mengumpulkan informasi awal tentang target, seperti data karyawan, alamat IP, dan nama domain. Terdapat dua metode yang digunakan yaitu

  • Reconnaissance Aktif: Interaksi langsung dengan sistem target, sehingga aktivitas dapat terdeteksi.
  • Reconnaissance Pasif: Pengumpulan data tanpa interaksi langsung, sehingga lebih sulit dilacak.

2. Scanning (Pemindaian)

Setelah mengumpulkan informasi awal, hacker melakukan pemindaian untuk mengidentifikasi port terbuka, perangkat aktif, dan layanan yang berjalan. Jenis pemindaian yang umum adalah:

  • Port Scanning: Mencari port terbuka.
  • Vulnerability Scanning: Mendeteksi kerentanan.
  • Network Mapping: Membuat peta topologi jaringan.

3. Gaining Access (Mendapatkan Akses)

Pada tahap ini, hacker mengeksploitasi kerentanan yang ditemukan untuk mendapatkan akses ke sistem target, dengan metode seperti SQL Injection atau XSS. Teknik umum meliputi:

  • Password Cracking: Menebak password.
  • Privilege Escalation: Meningkatkan hak akses.
  • Session Hijacking: Membajak sesi pengguna.

4. Maintaining Access (Mempertahankan Akses)

Setelah mendapatkan akses, hacker memastikan agar dapat masuk kembali ke sistem jika diperlukan. Teknik umum meliputi:

  • Backdoor: Memasang pintu belakang untuk akses berkelanjutan.
  • Keystroke Logging: Merekam penekanan tombol pengguna.
  • Trojan Horse: Menginstal aplikasi yang tampak sah namun memungkinkan akses ilegal.

5. Clearing Tracks (Menghapus Jejak)

Langkah terakhir adalah menghapus atau menyembunyikan bukti aktivitas hacking agar tidak terdeteksi. Teknik umum meliputi:

  • Log Tampering: Menghapus atau mengubah log aktivitas.
  • Steganografi: Menyembunyikan data berbahaya dalam file yang tampak normal.
  • Pengubahan Tanggal File: Mengubah tanggal modifikasi file untuk mengaburkan jejak.

Tahapan ini membantu ethical hacker dalam mendeteksi dan mengatasi kerentanan, sehingga sistem menjadi lebih aman dari potensi serangan.

Skill yang Dibutuhkan

  • Pemrograman: Penguasaan bahasa pemrograman seperti Python, Java, atau PHP sangat penting untuk menulis skrip dan menciptakan custom program yang dibutuhkan dalam pengujian keamanan.
  • Manajemen Database: Pengetahuan mendalam mengenai database memungkinkan untuk menemukan kerentanan dan menganalisis sistem secara efektif.
  • SQL dan Cryptography: Pemahaman query SQL dan konsep enkripsi membantu dalam melindungi data dan menemukan informasi sensitif dalam database.
  • Social Engineering: Kemampuan untuk menggali informasi melalui riset dan interaksi dengan orang lain untuk mengidentifikasi celah keamanan manusiawi.
  • Networking: Pemahaman jaringan, IP, DNS, dan protokol adalah landasan untuk memeriksa kerentanan pada sistem jaringan.
  • Sistem Operasi dan Platform: Memahami berbagai platform seperti Windows, Linux, dan Unix meningkatkan fleksibilitas dalam pengujian sistem yang beragam.
  • Pengetahuan tentang Malware dan Forensik Komputer: Mengerti cara kerja malware dan teknik forensik membantu dalam melacak dan menganalisis bukti digital.
  • Problem-solving dan Kemampuan Analisis: Keterampilan ini dibutuhkan untuk menemukan dan mengeksploitasi kerentanan, juga untuk mengembangkan solusi kreatif yang efektif.
  • Sertifikasi dan Pendidikan: Sertifikasi seperti CEH (Certified Ethical Hacker) dan CompTIA PenTest+ memberikan validasi kompetensi yang diakui di industri.

Kesimpulan

Ethical hacking adalah praktik sah yang bertujuan menemukan dan memperbaiki kerentanan sistem sebelum dimanfaatkan oleh peretas jahat. 

Dengan metode yang terstruktur, ethical hacking membantu perusahaan melindungi data sensitif dan meningkatkan keamanan sistem secara keseluruhan.

Untuk pengelolaan dokumen secara aman, gunakan SIPAS sebagai solusi terbaik. 

SIPAS adalah produk yang dirancang untuk membantu dalam tata kelola persuratan dan aplikasi e-office. 

Dapat diakses secara online, SIPAS memastikan kemudahan dan keamanan dalam manajemen dokumen dan administrasi digital.

Hubungi kami sekarang!

Artikel Terkait

Dapatkan Informasi Terbaru

Mulai berlangganan dan dapatkan pemberitahuan setiap kami meluncurkan artikel terbaru.

ilustrasi subscription pada website SIPAS